Laporan : Alif
PURWAKARTA – Permasalahan kesehatan yang yang sering dialami oleh masyarakat yaitu Penyakit Batu Ginjal. Ginjal adalah organ tubuh yang berfungsi untuk membuang zat sisa dalam darah dalam bentuk urine. Zat yang tidak bisa keluar melalui urine dan mengendap di dalam ginjal beresiko membentuk batu ginjal.
Sejauh ini, pemberian obat yang diberikan kepada pasien batu ginjal hanya sebatas untuk meningkatkan kontraksi otot-otot polos di saluran kencing. Diharapkan, batu akan meluruh sendiri bersama urin yang terbuang.
Dokter spesialis urologi, Dr Jupiter Sibarani Sp. U yang ditemui dalam acara Media Gathering yang digelar Siloam Hospitals Purwakarta, pada Selasa (11/12/2018) menawarkan sejumlah metode yang bisa ditempuh untuk menyembuhkan batu ginjal.
“Pola hidup yang tidak baik seperti kurang minum air putih dan terlalu banyak asupan garam menjadi pemicu seseorang bisa terkena penyakit batu ginjal. Biasanya penyakit ini ditandai dengan nyeri di bagian pinggang dan urine yang berwarna keruh,” kata dokter Urologi yang bertugas di Siloam Hospitals Purwakarta itu.
Menurut Jupiter, Penyakit batu ginjal tidak bisa dianggap remeh karena bila dibiarkan akan menyumbat aliran urine yang dapat menyebabkan penurun fungsi ginjal secara permanen.
“Saat Belum ada obat yang bisa memecahkan batu ginjal. Obat sebatas mendorong batu keluar. Cara konservatif ini hanya bisa diterapkan ke pasien dengan batu yang ukurannya kurang dari 5 milimeter,” terang Jupiter
Lanjut dia, Syarat diperbolehkannya memberikan obat ke pasien batu ginjal yakni selama ukuran batu tidak melebihi ukuran saluran kencing. Pasalnya, ditakutkan batu tidak bisa terdesak keluar, dan justru tertahan di tubuh.
Apabila batu ginjal yang mengendap di saluran ureter ukurannya masih kecil, dokter pun akan menyarankan pasien lebih banyak meminum air putih supaya curah urine yang keluar lebih banyak. Dengan demikian, urine tersebut lebih kuat dalam menghanyutkan batu keluar dari tubuh.
“Makin besar batu, makin keras tentunya. Jadi harus dipecahkan dengan tenaga mekanis,” kata Jupiter.
Untuk batu ginjal yang berukuran 5 milimeter hingga 2 sentimeter, Jupiter lebih merekomendasikan metode Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL).
“Metode ini menggunakan gelombang kejut. Pemecahan batu dilakukan dari luar tubuh. Tidak ada alat yang masuk ke tubuh. Nah untuk metode tesebut biasanya rumah sakit melakukan rujukan ke rumah sakit yang berada di Kota besar seperti Bandung,” ujarnya.
Namun kini, lanjut dia, untuk metode ESWL itu alatnya sudah ada di Siloam Hospitals Purwakarta.
“Alatnya baru datang, dan mungkin ini rumah sakit pertama yang memiliki alat ESWL. Jadi kami gak usah merujuk ke rumah sakit lain untuk melakukan metode ESWL ini,” kata Jupiter.
Ia menambahkan, untuk tindakan menggunakan metode ESWL ini kurang lebih memerlukan waktu 1 jam. Pasien cukup berbaring dan alat ESWL akan memancarkan gelombang ke area dimana batu ginjal berada.
“Batu yang sudah hancur akan keluar secara alami bersamaan dengan urine. Kelebihan dari tindakan ini adalah pasien tidak akan mengalami luka, tidak harus dirawat di rumah
sakit dan biayanya juga leblh murah,” ucapnya.
Setelah prosedur ESWL dilaksanakan, tambah dia, pasien masih diharuskan kontrol ke dokter spesialis urologi untuk memastikan batu tersebut sudah hancur dan hilang.
“Selanjutnya memang sangat tergantung masing-masing individu pasien, terutama menyangkut gaya hidup dan pola makan. Membangun sejak dini untuk memenuhi konsumsi air, setidaknya 8 gelas sehari untuk mencegah terbentuknya batu ginjal,” pungkasnya.