DaerahJawa Barat

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unsika Sosialisasi ‘ Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kesehatan Gizi Anak ‘

Mahasiswa Unsika Ilmu Komunikasi

KARAWANG, JabarNet.com-  Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) sosialisasi ” Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kesehatan Gizi Anak.

Diampu oleh Ana Fitriana Poerana, S.Sos., M.I.Kom managemen Komunikasi Unsika kelas 2 B tersebut dalam tujuan menyelesaikan tugas akhir.

Acara ini mengundang pemateri Ibu Erna Sunarsasi, A.Mg. Gz. (UPTD Puskesmas Karawang), dan juga Dosen Fakultas Kesehatan Unsika yaitu  Ibu Nelly Apriningrum, S.ST., M.KM., M.Keb. yang bertempat di Desa Buher RW 25 RT 03 Kelurahan Karangpawitan, Karawang Barat. pada hari kamis (22/06/23).

Dalam sambutannya ketua pelaksana Rindam menyebut dengan diadakannya kegiatan bertema  bisa memiliki kesempatan untuk saling belajar, bertukar pikiran, dan memperluas pengetahuan tentang pola asuh orangtua terhadap kesehatan dan gizi anak.

” Saya berharap, melalui kegiatan ini, kita semua dapat mengambil manfaat yang berarti, dikarenakan pentingnya pola asuh yang tepat dari orang tua terhadap kesehatan gizi anak, Sebagai orang tua, kita memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa anak-anak kita tumbuh sehat, kuat, dan terhindar dari masalah kesehatan.” kata Rindam.

” Saya sangat mengapresiasi kepada panitia penyelenggara, dan semua pihak yang telah turut berkontribusi dalam membuat kegiatan ini terlaksana dengan baik,” tutupnya.

Mahasiswa Unsika Ilmu Komunikasi

Sementara itu Erna Sunarsasi, A.Mg. Gz. UPTD Puskesmas Karawang dalam materinya menyampaikan bahwa sebagian besar masyarakat indonesia mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting.

“ Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya.” jelasnya.

Stunting dapat terjadi karena kurangnya gizi pada anak saat didalam kandungan. Stunting ini dapat terlihat pada anak saat usia 2 tahun.

“ Ciri-ciri stunting yaitu tinggi dan berat badan lebih kecil dibandingkan dengan anak seusianya, anak rentan mengalami gangguan pada tulang, mengalami gangguan tumbuh kembang, rentan mengalami gangguan kesehatan, terlihat lemas terus menerus, dan juga anak terlihat kurang aktif.” tandasnya

ia pun menambahkan bahwa genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

“ Maka dari itu, Stunting bisa dicegah jika kita selalu memperhatikan apa yang dikonsumsi. Makanan tinggi protein sangat bagus untuk kesehatan ibu hamil dan anak dalam kandungannya. Masalah stunting penting untuk diselesaikan, karena anak stunting rentan terkena penyakit menular, berpotensi mengganggu potensi sumber daya manusia dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak.” tutupnya.

Dalam pemaparan materinya  Ibu Nelly Apriningrum, S.ST., M.KM., M.Keb. selaku Dosen Fakultas Kesehatan Unsika, juga menjelaskan yakni stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya.

“Stunting pada anak sangat berbahaya untuk tumbuh kembangnya, maka dari itu anak-anak remaja sebisa mungkin sudah di informasikan tentang makanan-makanan yang dikonsumsi. asupan pada makanan perlu memiliki asupan makanan yang bergizi agar mencegah stunting sejak awal.”

Baca juga : Tim Dosen Abdimas Unsika Ciptakan Desa Cerdas ; Ayo Kita Membuka Jendela Dunia Dengan Membaca Buku 

menurutnya semakin banyak stunting pada anak, menggerakkan pemerintah untuk menjalankan program yang dinamakan zero now.

“Zero now merupakan program yang dijalankan pemerintah untuk mendukung pengurangan stunting pada anak, maka dari itu diharapkan untuk masyarakat indonesia, orang tua untuk ikut berpartisipasi dan mendukung program zero now.”tuturnya.

“Maka dari itu ibu melahirkan diharapkan dapat bersalin di fasilitas tenaga kesehatan, memberikan asi eksklusif selama 6 bulan, dan Memantau perkembangan anak dan membawa ke posyandu secara berkala.” tutup ibu nelly. (Aby)

Shares:

Related Posts

1 Comment

  • Yusuf
    Yusuf
    Februari 29, 2024 at 3:05 pm

    good information

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *