KARAWANG, JabarNet.com – Sebanyak 900 lebih peserta dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia mengikuti kegiatan Temu Masyarakat Akuntansi Multi Paradigma Nasional (Teman) di Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang.
Kegiatan yang menjadi ajang pertemuan antar ilmuan di bidang akuntansi bertajuk “Pok Pek Prak” yang memiliki arti “pok” sebagai ucapan, “pek” bahan garapan, dan “prak” adalah pelaksanaan.
Menurut Ketua Masyarakat Akuntansi Multi Paradigma Indonesia (Mami), Prof. Dr. Iwan Triyuwono, S.E., Ak., M.Ec., Ph.D. mengatakan, kegiatan Teman yang sudah berjalan selama 10 tahun ini, bertujuan meningtegrasikan antara budaya daerah dengan bidang keilmuan akuntansi.
“Kami ingin mengangkat nilai-nilai lokal Indonesia melalui bidang keilmuan akuntansi, karena kami semua menghargai kearifan lokal dan budaya Indonesia,” jelasnya, Jumat, (21/10).
Baca Juga : Kenang Perjuangan Awal Berdiri, UBP Rayakan Diesnatalis dengan Cara Lesehan
Di Karawang, pertemuan Teman diharapkan mampu mengawinkan lokalitas sunda dengan keilmuan akuntansi.
“Tentunya kegiatan ini diharapkan menghasilkan ilmu akuntansi khas Indonesia yang memberikan kontribusi bagi peradaban dunia. Pengembangan ini diharapkan bisa menciptakan ilmu baru,” timpal Iwan Triyuwono.
Iwan percaya, model akuntansi yang berciri khas lokal Indonesia punya tempat di skala global. Karena lokal merupakan bagian tidak terpisahkan dari universal.
Selaras dengan itu, Rektor UBP Karawang Prof. Dr. H. Dedi Mulyadi, SE., M.M. juga berpendapat, Karawang menjadi Kabupaten yang secara wilayah berdekatan dengan Ibukota. Disisi lain, juga jadi bagian dari daerah Jawa Barat.
Letak strategis ini membuat Karawang diisi oleh masyarakat lintas etnis bahkan sampai penduduk asing.
Maka dari itu, Karawang sebagai Kabupaten yang dihuni oleh masyarakat Multietnis, bisa menjadi poros utama untuk memperkenalkan nilai identitas nasional terhadap masyarakat dunia.
“Saya khawatir di kemudian hari, orang Karawang lupa dengan jati dirinya. Pertemuan Teman ini menjadi ajang bagi kami untuk mengenalkan kesundaan dipadupadankan dengan ilmu akuntansi agar tidak melupakan jati diri,” singkatnya.(Muhtar)