Karawang, JabarNet.com – Segelintir persoalan diduga terus bermunculan di internal Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA), semenjak statusnya berubah menjadi negeri. Kali ini muncul persoalan mulai tersingkirnya SDM lokal di kampus yang konon katanya menjadi kebanggaan masyarakat Karawang tersebut.
Mendengar persoalan ini, alumni Fakultas Hukum UNSIKA, Asep Agustian SH, MH mengaku turut prihatin atas kondisi kampus yang telah berjasa membesarkan namanya di Karawang. Disampaikan Asep Agustian, para senior dan pendiri UNSIKA siap-siap bakal hanya menjadi penonton. Karena saat ini SDM di UNSIKA sudah mulai dipenuhi oleh para pendatang.
Dikatakan Asep Agustian, memang betul saat ini masih ada beberapa SDM lokal yang bertahan di UNSIKA. Namun persoalannya, saat ini mereka tidak memiliki posisi strategis di dalam menentukan kebijakan UNSIKA. Salah satu contohnya yaitu soal penerimaan mahasiswa baru. Yaitu dimana semestinya merupakan kewenangan Wakil Rektor Bidang Akademik, namun kini malah menjadi kewenangan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan.
“Seharusnya penerimaan mahasiswa baru itu kan kewenangan Warek Bidang Akademik, bukan kemahasiswaan. Dugaan saya mungkin mereka khawatir, tanda kutip bagi saya, karena Warek Bidang Akademiknya orang Karawang, mereka takut UNSIKA didominasi oleh orang Karawang,” tutur Asep Agustian, Kamis (27/8/2020).
Menurut Askun, kebijakan penerimaan mahasiswa baru memang merupakan kewenangan Rektor UNSIKA. Namun hal tersebut menjadi tidak lazim ketika kebijakan penerimaan baru saja kewenangannya diambil alih oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, bukan Bidang Akademik.
Bukan hanya itu, Praktisi Hukum yang lebih akrab disapa Askun ini juga menyoroti SDM mahasiswa UNSIKA yang konon kabarnya juga sudah banyak diisi dari luar. “Kalau kondisinya seperti ini, yaitu dimana semua SDM UNSIKA diisi oleh orang luar, maka siswa SMK, SMA dan sederajatnya di Karawang siap-siap saja gigit jari (tidak bisa kuliah di UNSIKA, red),” kata Askun.
Atas persoalan SDM lokal UNSIKA yang mulai tersingkir ini, Askun juga mempertanyakan apa sebenarnya yang sedang diinginkan oleh Rektor UNSIKA yang baru. Padahal Rektor sebelumnya tidak pernah ‘sebengis’ Rektor UNSIKA saat ini, meskipun status UNSIKA yang baru beberapa tahun kemarin sudah menjadi kampus negeri.
“Mereka tidak memberikan kebijakan apapun kepada orang-orang lama. Padahal berikanlah kesempatan (kebijakan) itu kepada orang-orang lama. Kalau SDM UNSIKA dipaksakan harus PNS karena status negeri, ya mereka kan terbentur dengan usia juga. Tapi apa salahnya sih sedikit memberikan penghargaan kepada mereka yang sudah sejak awal berjuang membangun UNSIKA,” harapnya.
Askun yang mengaku tahu betul sejarah UNSIKA sejak awal ini juga sangat menyayangkan dengan sikap Rektor UNSIKA saat ini. Karena menurutnya, sejarah UNSIKA yang saat ini sudah menjadi kampus negeri tidak bisa terlepas dari jasa serta perjuangan pada pendiri UNSIKA yang saat ini sudah mulai tersingkirkan.
Askun juga menceritakan sejarah UNSIKA yang awalnya hanya sekedar STHPP (Sekolah Tinggi Hukum Pangkal Perjuangan) yang hanya menempati gedung bekas katon (gedung Mal Ramayana saat ini). Sampai akhirnya berdiri Yayasan yang sering disindir sebagai ‘Universitas Sisi Kali’.
“Saya bukan hanya sekedar alumni UNSIKA. Tapi saya juga tahu betul bagaimana sejarah UNSIKA. Masa sekarang hanya karena alasan sudah menjadi negeri, lantas kita mau melupakan jasa-jasa para pendiri UNSIKA. Makanya saya sangat menyayangkan sikap Rektor UNSIKA saat ini,” sesal Askun. (Ist/red)