Tasikmalaya

Miris : Tengkorak Risman Retak Usai Jatuh di Beton Mesjid Saat Main Layangan

Suasana Risman (8) saat sedang mendapatkan perawatan di RSUD Dokter Soekarjo Tasikmalaya.

TASIKMALAYA, – Waspadai lah saat buah hati anda bermain layangan di musim kemarau seperti saat ini. Jika tidak, kejadian yang menimpa Risman (8) Warga Sukamukti kecamatan Sukaresmi Tasikmalaya bisa terulang.

Bocah kelas 2 sekolah dasar ini terjatuh dari beton mesjid setinggi lebih dari tiga meter, Selasa lalu.

Asyik menarik layangan, korban tidak memperhatikan pijakan kaki hingga tubuhnya menghujam ke tanah dengan kepala atas lebih awal.

Kepala Desa Sukaresik, Asep membenarkan adanya kejadian tersebut, Risman salah satu anak yatim jatuh dari Benton mesjid dari ketinggian tiga meter lebih.

“Korban ini sehari-harinya tinggal bersama ibunya yang bernama Sanah (45), mungkin tidak sengaja bermain layangan di atas beton mesjid di ketinggian tanpa ada pengawasan dari ibunya. Namun nasib naas itu harus menimpanya,”ucap Asep.

Ditambahkan Asep, pasca operasi, kondisi korban mulai pulih dikamar perawatan rumah sakit umum Dokter Soekarjo Tasikmalaya. Namun, kepalanya masih harus dibalut perban hingga Jumat pagi.

“Sebelumnya kondisi korban mulai sedikit pulih, setelah mendapat perawatan di rumah sakit itu, Namum akibat mengalami keretakan pada tulang tengkorak bagian kepala belakang hingga meninggalkan lubang yang cukup dalam. Akibat luka yang serius itu korban terpaksa harus menjalani oprasi,”Kat Asep.

Ibu korban Sanah (45) mengatakan, setelah mendengar kabar bahwa Risman jatuh dari atas beton mesjid dirinya merasa kaget dan bingung.

“Setelah mendengar kabar itu saya merasa kaget dan bingung harus berbuat apa, untungnya para tetangga banyak yang peduli membawa Risman ke rumah sakit. Sebab Risman ini sudah ditinggal kan ayahnya meninggal dunia dari sejak bayi,”ucapnya.

Ditambahkan Sanah, saat ini mengaku tengah kesulitan membayar biaya perawatan dan operasi yang mencapai Rp. 50 juta rupiah.

“Harus mencari biaya kemana, saat ini saya bingung, untuk biaya sehari-hari saja terkadang suka kekurangan, apalagi sekarang untuk biaya perawatan sebesar itu. Selain itu, Risman saat ini tidak memiliki kartu asuransi apapun dari pemerintah,”ucap Sanah sambil terus meneteskan air matanya, sambil terlihat bingung.

Namun yang paling di sayangkan adanya pelayanan yang tidak menyenangkan dari suster rumah sakit saat menandatangi untuk biaya operasi.

Kini pihak keluarga korban berharap dan membutuhkan kepedulian pemerintah dan uluran tangan dermawan untuk membuat pengobatan korban.

Laporan : Andriawan

Shares:

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *