“Sudah 2 bulan kami merasakan sesak nafas akibat debu dan sulitnya melakukan kegiatan sehari hari akibat jalanan yang rusak,” ujar Agus.
Kediri – Warga Desa Wonorejo Trisulo, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri mengeluhkan kondisi jalan desa mereka yang rusak dan berdebu akibat kerap dilalui truk pengangkut pasir.
Sebenarnya warga sudah lama mengeluhkan kondisi jalan desa mereka. Selain karena kontur dan aspal jalan yang memang sudah rusak, dua bulan terakhir banyak truk pengangkut pasir sisa letusan Gunung Kelud yang melintas.
Agus Susilo (45), salah satu warga Desa Wonorejo Trisulo, membenarkan keluhan warga yang selama hampir 2 bulan terakhir terpaksa menghirup asap dan debu jalan yang rusak, terlebih di pagi dan siang hari.
“Sudah 2 bulan kami merasakan sesak nafas akibat debu dan sulitnya melakukan kegiatan sehari hari akibat jalanan yang rusak,” ujar Agus.
Senada dengan Agus, Sriyono (45), salah satu pemilik warung yang ada di Desa Wonorejo Trisulo mengaku selama dua bulan terakhir pendapatannya menurun. Sebab meski buka dari pagi hingga malam hari, warga enggan makan dan membeli di warungnya karena kondisi warung selalu berdebu.
“Saya biasanya lumayanlah mas, pendapatan sehari jual makan minum jajan, tapi sejak dua bulan terakhir ini, debu, jalan rusak truk wira-wiri, pendapatan saya menurun,” jelas Sriyono.
Tontowi Jauhari, Kaur Umum Desa Wonorejo Trisulo menegaskan, yang paling dirugikan oleh adanya asap dan debu jalan yang rusak adalah anak-anak, ibu hamil dan orang-orang yang membuka usaha di pinggir jalan.
“Yang utama adalah polusi mas, debu, jalan rusak kasihan anak anak sekolah, warung,” ungkap Tontowi saat dikonfirmasi secara terpisah.
Gara-gara Truk Pasir, Jalan Desa di Kediri ini Berlubang dan Berdebu
Ditambahkan Tontowi, sebenarnya sudah ada pertemuan antara pemilik armada truk pengangkut pasir dengan warga. Dalam pertemuan itu juga disepakati tentang adanya jalur khusus untuk angkutan truk pasir, yaitu di jalan pinggir desa.
“Dulu sudah pernah ada pertemuan dengan pemilik armada angkutan dan disepekati untuk tidak melewati jalan utama desa, melainkan di pinggiran. Namun hanya berjalan sesaat kemudian kembali melalui jalan ini. Kami hanya ingin pemerintah desa, kecamatan atau Kabupaten Kediri ikut hadir,” tegas Agus.
Dihubungi terpisah, Krisna Setiawan, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Kediri mengaku telah mendapatkan laporan terkait keluhan warga ini.
“Kami sudah menerima dan menindaklanjuti hal ini dengan sejumlah pihak terkait, mas. Mohon waktu,” tutur Krisna.
Krisna juga memberikan gambaran bahwa salah satu penyebab rusaknya jalan adalah adanya kegiatan penggalian pasir C di sekitar lereng Gunung Kelud. Ada kemungkinan pasir yang diangkut melebihi tonase.
“Memang jalan tersebut dilalui truk angkutan pasir galian C, namun mungkin melebihi tonase, sehingga kami juga mengajak masyarakat desa setempat saling bekerjasama, mengingatkan terkait tonase,” pungkas Krisna.