Acara peresmian Pengelolahan Air Limbah (IPAL) Wetland-Biocord sekaligus pencanangan pengembangan Ekoriparian Citarum Perumnas Karawang Teluk Jambe Timur, Desa Sukaluyu Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (9/2/2019)
KARAWANG, – Acara peresmian Pengelolahan Air Limbah (IPAL) Wetland-Biocord sekaligus pencanangan pengembangan Ekoriparian Citarum Perumnas Karawang Teluk Jambe Timur, Desa Sukaluyu Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (9/2/2019).Di hadiri langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya,
Dalam keterangnnya Siti Nurbaya menjelaskan bahwa pembangunan IPAL ini merupakan upaya penurunan beban pencemaran air limbah yang berasal dari limbah rumah tangga yang selama ini dibuang langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Sedangkan Ekoriparian merupakan kawasan wisata di pinggir sungai dengan konsep edukasi lingkungan.
“Dua program ini sebagai salah satu kegiatan percotohan restorasi dan konservasi sungai untuk perbaikan kualitas air,” ujar Siti Nurbaya dalam acara peresmian di Perumnas Desa Sukaluyu Karawang.
Ia menegaskan, pembangunan IPAL Wetland Biocord Teluk Jambe merupakan salah satu contoh keseriusan pemerintah. Dalam hal ini KLHK mendorong revitalisasi sungai-sungai mati (oxbow) yang selama ini penuh dengan lumpur dan beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah menjadi kawasan wisata dan konservasi.
Pembangunan IPAL Wetland-Biocord dilakukan pada tahun 2017 dengan kapasitas 350 Kepala Keluarga (KK) dan pada tahun 2018 kapasitas desain 2200 KK. Siti Nurbaya mengungkapkan, saat ini IPAL mampu menurunkan konsentrasi BOD sebesar 33.5 ton per tahun, COD 91.8 ton per tahun, TSS 17.7 ton per tahu, dan minyak lemak 19.7 ton per tahun,” ungkapnya.
Selain itu, pengembangan ekoriparian Citarum Karawang dapat digunakan sebagai sarana edukasi dalam pengelolaan lingkungan, penurunan beban pencemaran sungai, pengurangan sampah dengan melakukan pembuatan kompos, pembudidayaan tanaman obat, serta sarana edukasi lainnya.
Pengembangan Ekoriparian ini dilaksanakan dengan dukungan dari masyarakat dan dunia usaha. Ekoriparian Citarum Karawang ini akan dikembangkan pada akhir 2019 ini dan rencana akan berlanjut sampai lima tahun mendatang dengan beberapa kegiatan.
“Selain membangun fasilitas pengelolaan lingkungan, juga akan dibangun wisata berbasis lingkungan serta pendampingan kepada masyarakat untuk keberlanjutan program Ekoriparian Citarum Karawang,” ujar doktor lulusan IPB itu.
Adapun fasilitas yang sudah dibangun saat ini adalah saung kompos dan jembatan penghubung antara Zona 1 dan Zona 2. Sarana pengolahan air limbah rumah tangga yang menggunakan wetland serta biocord, penanaman tanaman obat keluarga, penanaman pohon endemik, penanaman arboretum bambu, budidaya tanaman hidroponik dan lain-lain.
Siti Nurbaya menyatakan, rencana di masa depan akan dibangun fasilitas lain untuk mendukung program ini seperti fasilitas jogging track dengan menggunakan bahan yang berasal dari limbah tailing tambang emas, pembuatan saung edukasi yang merupakan tempat belajar lingkungan, saung untuk pembuatan kerajinan lokal dengan memanfaatkan bahan daur ulang dan sarana untuk memanen air hujan.
Ia menuturkan, masyarakat sebagai ujung tombak dalam peningkatan kualitas air sungai sangat penting perannya dalam pengelolaan, pemanfaatan, dan mengembangkan Ekoriparian Citarum Karawang ini secara berkelanjutan.
“Peran aktif masyarakat ini terwujud berkat komunitas sungai sebagai pilar yang bergerak aktif mengajak, mengedukasi dan memberdayakan masyarakat sangat penting perannya dengan dimotori oleh Sahabat Citarum,” pungkasnya.
Hadir dalam kegiatan ini Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK M.R. Karliansyah, Inspektur Jenderal KLHK Ilyas Asaad, dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.tandasnya(rls/red).