Karawang, JabarNet.com– Strategi kaderisasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meng hadapi tantangan era Digital 4.0 adalah merekrut generasi milenial serentak se-Jawa Barat. Kaum milenial yang dikadet itu akan menjadi Dewan Pengurus Anak Cabang (DPAC Kecamatan).
Perekrutan dengan tagline ‘Konsolidasi Restrukturisasi Pembentukan Pengurus Anak Cabang (PAC)’ dilaksanakan di setiap kecamatan di Jawa Barat yang dimulai sejak 1 Februari hingga akhir Februari 2020.
Sekertaris DPW PKB Jawa Barat Sidkon Djampi membenarkan bahwa DPW PKB Jawa Barat tengah melakukan konsolidasi restrukturisasi DPAC PKB dengan merekrut generasi milenial dengan batas usia maksimal 35 tahun.
“Batasan usia ini hanya bagi pengurus tanfidiyah (ketua harian) itu pun untuk ketua dan sekretaris, tapi untuk jajaran tingkat syuro (pembina) pengurus lainnya tidak kita batasi tapi semangat harus anak muda.”ujar Sidkon yang juga ketua Fraksi PKB Jawa Barat dalam keterangan tertulisnya.
Keputusan rekrutmen generasi milenial ini beriring dengan amanat Muktamar Bali yang tertuang dalam keputusan Dewan Pengurus Pusat (DPP PKB) berkenaan dengan penyeragaman SK kepengurusan di seluruh Indonesia.
“Proses ini untuk Mengantisipasi perkembangan zaman, terutama laju dinamika politik lokal dan nasional,” ucapnya
Konsolidasi kegiatan di Jawa Barat sudah dan tengah berlangsung sejak 1 Februari 2020, yang sudah seperti Kota Cimahi, Kota Bandung, Subang, Karawang, Bekasi, Kota Bekasi, Cirebon, Tasikmalaya, dan Kabupaten Tasikmalaya, dan hari ini tengah berlangsung di Kabupaten Bandung, Bandung Barat,
Sumedang danMajalengka.
Sementara itu Wakil ketua DPW PKB Jawa Barat Rahmat Hidayat Djati menambahkan bahwa semangat restrukturisasi DPAC PKB dengan melibatkan generasi milenial adalah upaya PKB menjadi partai pemenang di tahun 2024 mendatang di tengah puncak bonus demografi yakni pada periode 2020-2024, walaupun secara nasional periode bonus akan berakhir sekitar 2035-2038.
“Para pengamat mengatakan bahwa Puncak bonus demografi tercapai pada tahun 2020-2024 artinya kira-kira rekrutmen generasi milenial dan penguatan pembangunan sumber daya manusia untuk memaksimalkan itu.”katanya
“Jika bonus demografi tidak disiapkan dengan maksimal melalui penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan tangguh, maka dapat dikatakan “gagal” dalam memanfaatkan bonus demografi sebesar-besarnya di masa puncak bonus demografi itu,” timpalnya.(red).